Selasa, 02 April 2013

Ketegangan yang terjadi antara Sunni dan Syiah


Pak Ahmad Syahid merupakan alumni UMY dan meneruskan S2 nya di Universitas Gadjah Mada mengambil studi Kajian Timur Tengah dan pada Sabtu 30/3/2013 beliau menyampaikan beberapa pendapat terkait dengan buku yang dikarangnya, serta pada kesempatan kali ini beliau tidak sendirian karena ditemani oleh Bapak Surwandono dan Bapak Faris selaku moderator dalam acara ini.
Dalam seminar bedah buku ini pak Surwandono menyampaikan bahwa tidak banyak yang berani untuk mengupas lebih dalam tentang Sunni dan Syiah, Baliau menjelaskan lebih dalam bahwa akar masalah perdebatan antara Sunni dan Syiah awalnya konflik ini lebih kepada persoalan Mu’amalah yaitu persoalan politik, tapi dewasanya menjadi perang ideologi yang sangat kental. Buku tersebut banyak bercerita tentang bahwa pada dasarnya Nabi Muhammad sebagai Rasul dan telah memutuskan dalam Haditsnya yang berbunyi Jika kalian menganggap aku sebagai khalifah maka Ali adalah khalifah, dan inilah yang menjadi dasar para ahli Syiah dalam mengambil setiap keputusan mereka.
Dalam beberapa kasus menurut menuturan Pak Surwandono bahwa orang syiah mepresentasikan bahwa orang sunni sebagai Muawiyah beserta kekejamannya, dan hingga terjadilah proses marjinalisasi, tidak hanya itu mereka bahkan dimusuhi oleh banyak Negara Islam di Timur Tengah. Contoh paling signifikan adalah dengan hadirnya dinasty Syiah Fatimiyah sangat berkembang pesat di Mesir. Siapa yang tidak kenal seorang Jalaluddin Rahmat ? seorang pemuka Islam Sunni yang  memberikan  kata pengantar untuk ma’surat yang merupakan tradisi Syiah, yang diresmikan pertama di Jakarta, meski awalnya berbau kontroversi tetapi sejatinya inilah awal langkah Indonesia untuk menyatukan Islam seperti yang diinginkan oleh Rasul.
Dalam sejarah Syiah dynasty Syafawi adalah merupakan dynasty Syiah yang paling unik, karena mereka justru pernah mengalami disorientasi dan sempat mengatakan agar dianggap bagian dari Sunni,serta mengatakan agar menjadi madzhab kelima dari Sunni,
Didalam buku ini Pak Surwan menambahkan ada tiga hal yang menjadi kajian khusus yaitu :
Konflik antara Negara dengan Negara
Konflik antara Negara dengan Komunitas
Konflik Antara Kelompok Negara dengan Negara
Yang sangat menarik untuk dibahas adalah alasan Arab Saudi yang tidak mencampuri masalah Israel dan Palestina meski sama-sama berideologi Islam, ternyata alasan yang dilontarkan Arab Saudi sangat simple, yaitu kesalahan bukan terletak pada Israel melainkan sejarah hubungan yang dimiliki Palestina dan Syiah menjadi pemicu awal acuhnya Arab Saudi akan hal ini, sehingga ini pulalah yang menjelaskan tingkat kebencian yang dimiliki oleh Sunni Arab Saudi kepada Syiah. Syiah ada dimana mana, bukan hanya Iran tetapi juga Negara muslim lainnya seperti Suriah mnegideologikan Syiah dengan sangat kental, meski banyak yang mengira bahwa Negara ini merupakan mayoritas sunni karena berakar pada sistem Sosialisme Arab.
Lain halnya di Indonesia, siapa dari kita yang belum pernah mendegar kata Debus ? kata ini sangat populer karena merupakan salah satu kesenian asli Indonesia dimana banyak pemuda yang rela tubuhnya ditusuk dan dibakar oleh api agar menguji kekebalan tubuhnya, tetapi tahukah anda bahwa ternyata tradisi debus adalah cara para pengikut Syiah dalam meresapi penderitaan imam-imam Syiah terdahulu yang disiksa habis-habisan oleh kaum Islam Sunni secara tidak manusiawi, diawali dengan pembubuhan Ali, serta Hasan dan Husein dan beberapa imam lainnya.
Meski demikian syiah dewasa ini meski dulu terkucilkan oleh banyak Negara Islam didunia, tetapi sekarang menjadi kekuatan yang sangat luar biasa, khususnya dalam bidang militer , dalam hal ini Syiah lah yang telah membiayai dan mensupply senjata untuk Hammas, Hizbullah dan beberapa organisasi lainnya.
Komentar bapak Surwandono terhadap buku karangan Ahmad Syahid tersebut adalah :
1.  Telah mampu menyajikan komplek atas konflik sunni syiah dalam diskursus yang sederhana
2.  Menyajikan paparan initial untuk mendalami dinamika konflik Sunni Syiah
Acara diakhiri dengan pemaparan beberapa pertanyaan dan komentar dari para peserta diskusi dan dialnjutkan dengan penutupan acara oleh Pak Faris selaku moderator dalam acara ini.